Senin, 11 Mei 2015

EMI

Orang memanggil dia dengan nama, Emi. Perempuan paruh baya ini berasal dari Grobogan, Jawa Tengah. Dia bekerja sebagai buruh jahit di daerah Pademangan, Jakarta. Emi merantau sejak dia madih gadis. Sekarang dia mempunyai 4 orang anak. Tiga orang anaknya sudah bekerja, tinggal si bungsu yang madih di kampung menempuh pendidikan. Rmi, adalah seorang janda. Dua kali membangun mahligai rumah tangga, dua kali juga kehancuran datang memusnahkan kebahagiaannya. Ke empat anaknya di besarkan di kampung halaman, dititipkan kepada orang tuanya. Sementara dia bekerja dengan gaji kecil di Jakarta. Setiap sen uabg yang dia kumpulkan dikirimkan ke kampung tiap bulannya. Dia bekerja seorang diri menghidupi anak-anaknya karena mantan suaminya pergi begitu saja tanpa mau menafkahi anak-anaknya.

Emi, dulunya adalah seorang kembang desa. Tidak hanya kecantikan dunia, Emi muda adalah seorang gadis yang baik ahlak dan budi pekertinya. Agamanya bagus karena Emi rajin mengaji dan memang dibesarkan dilingkungan yang memegang teguh prinsip agama. Tapi keluarga Emi bukan dari keluarga berada. Orangtuanya adalah buruh tani. Lebih parahnya lagi keluarga Emi juga hancur karena perceraian. Emi muda seorang gadis yang sederhana. Saat itu, dia jatuh cinta kepada seorang pemuda bernama Bardi. Cinta Emi adalah cinta yang sederhana. Dia mencintai Bardi karena agamanya, karena Bardi adalah orang yang taat beribadah. Keluarga Bardi juga keluarga miskin, Bardi hanya mempunyai seorang ibu. Meski begitu, pada masa tersebut Bardi berhasil lulus SMA. Sbuah prestasi yang luar biasa mengingat rata-rata orang dikampung tersebut hanya lulusan SD.

Sebenarnya Bardi dan Emi sudah menjalin hubungan sebagai sepadang kekasih. Namun orang tua Emi tidak setuju. Pasalnya saudara jauh Bardi yang bernama Kasmin juga naksir sama Emi. Kasmin adalah anak orang kaya dari kampung seberang. Keluarganya mempunyai toko bangunan, yang merupakan satu-satunya toko bangunan di kecamatan tersebut. Kasmin adalah sepupu Bardi dari pihak ayah. Telah sejak lama Kasmin memendam rasa kepada Emi. Tetapi rasa itu tak pernah disambut oleh Emi, hati Emi telah tertambat oleh karisma seorang Bardi. Tapi Kasmin pantang menyerah, dengan kekayaan yang dimilikinya Kasmin melakukan loby pada beberapa pihak. Pertama tentu saja kepada orang tua Emi. Mudah saja bagi Kasmin untuk menundukkan hati orang tua Emi. Kehidupan yang serba susah, kurang sandang dan pangan membuat orang tua Emi lebih mrmilih Kasmin sebagai calon mantu. Dimata orang tua Emi, sosok Kasmin adalah calon mantu idaman. Kaya raya, tampan berasal dari keturunan orang yang terpandang. Ini adalah sebuah kesempatan untuk merubah nasib. Dengan pendekatan yang dilakukan Kasmin, orangtua Emi kemudian memaksa anaknya untuk menikah dengan Kasmin. Sufah menjadi adat masyarakat saat itu dimana jika seorang gadis harus menuruti apa kata orang tua, termasuk dalam hal pernikahan. Tradisi mengajarkan kepada orang tua disana untuk memilihkan anak gadisnya pemuda yang baik. Tak peduli apakah sang gadis setuju atau tidak.

Tetapi Emi bukanlah gadis kampung biasa,...... (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar